Cerita Asal-usul Reog Ponorogo yang berkembang dimasyarakat luas terpecah menjadi beberapa versi. Ada yang bercerita tentang sindiran Penguasa Kerajaan Wengker, Ki Demang Suryangalam kepada Raja Majapahit dan bercerita tentang Prabu Kelana Suwandana dari Kerajaan Bantarangin ingin mempersunting Dewi Songgolangit dari Kerajaan Kediri. Dua cerita tersebut mempunyai kekuatan isi cerita yang sama besar. Entah cerita yang mana yang benar. Belum ada peneliti yang berhasil menemukannya. Selain dua cerita tersebut ada yang menyebutkan terdapat 5 versi cerita asal-usul Reog Ponorogo.
Pada kesempatan posting kali ini saya akan meresensi salah satu buku yang menceritakan asal-usul Reog Ponorogo. Berikut resensi saya,
* Judul : ASAL-USUL REOG PONOROGO
* Pengarang : M.B Rahimsyah AR.
* Penerbit : Penerbit Karya Anda, Angota IKAPI
* Tahun :2003
*Media massa: Bobo
Sinopsis :
Pada zaman dahulu berdiri Kerajaan Bantarangin yang berkuasa di barat Gunung Wilis. Kerajaan tersebut dipimpin oleh Prabu Kelana Suwandana yang arif bijaksana. Pada suatu ketika, Kerajaan Kediri mengadakan sayembara untuk mencarikan putri mahkota Dewi Songgolangit seorang suami. Berita tersebut cepat tersebar seantero tanah jawa karena Dewi Songgolangit memang cantik lahir dan batinnya. Namun karena persyaratan sayembara yang sulit hanya tertinggal dua Raja yang bertahan yaitu Prabu Singobarong dari Kerajaan Lodaya dan Prabu Kelana Suwandana sendiri. Persyaratan itu berupa, calon suami Dewi Songgolangit ialah seorang yang sanggup menciptakan tontonan menarik, berupa tari-tarian yang diiringi gamelan dan bunyi-bunyian yang memikat hati. Diiringi 144 ekor kuda kembar dan mempersembahkan seekor binatang berkepala dua yang dapat menari pula. Melalui pertempuran di perbatasan Kerajaan Lodaya dan Bantarangin, Prabu Kelana Suwandana berhasil mengalahkan Prabu Singobarong yang curang. Dan sebagai akibat kecurangan tersebut Prabu Singobarong yang berkepala Harimau dan di pundaknya bertengger burung Merak berubah menjadi hewan berkepala dua. Lengkaplah syarat-syarat sayembara yang sebelumnya Prabu Kelana Suwandana sudah mendapatkan 144 kuda kembar dan iringan musik. Keinginan Dewi Songgolangit terkabul, Dia dipersunting oleh Prabu Kelana Suwandana yang berhasil mendatangkan binatang berkepala dua, 144 kuda kembar, gamelan, dan bunyi-bunyian yang memikat hati.
* Keunggulan :
Ceita ini menceritakan sebuah cerita populer di masyarakat Ponorogo tentang tarian reyog yang merupakan keunikan dari Kota Ponorogo itu sendiri. Alur cerita maju dan mencapai klimaks di akhir merangsang pembaca untuk membaca sampai mengetahui akhir cerita. Selain itu pengarang juga menyertakan ilustrasi cerita berupa gambar yang menarik.
* Kelemahan :
Cerita tentang asal-usul Reyog Ponorogo yang berkembang di masyarakat ada berbagai versi. Sumber dari dari cerita di buku ini belum kuat, belum terbukti kebenarannya. Memerlukan penilatian lebih lanjut.
Pendapat/Saran
cerita ini penting untuk kalangan pelajar, pengamat kebudayaan dan masyarakat luas, khususnya rakyat Ponorogo. Bagi pelajar, dapat digunakan dalam pembuatan resensi dan menambah pengetahuan sejarah. Bagi pengamat kebudayaan, dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan sejarah atau bahkan untuk diteliti lebih lanjut. Bagi masyarakat luas dan khususnya rakyat Ponorogo, buku ini dapat menambah pengetahuan tentang kebudayaan daerah.
0 komentar:
Posting Komentar